Jantungku berhenti sesaat.
Nafasku tidak seteratur biasanya.
Pandanganku menggelap.
Mataku perih, ada sesuatu yang hampir tumpah.
Dia tak boleh kalah,
berulang kali ku katakan padanya “Jangan mau dikalah!”
Pandanganku menggelap.
Mataku perih, ada sesuatu yang hampir tumpah.
Dia tak boleh kalah,
berulang kali ku katakan padanya “Jangan mau dikalah!”
Ada
yang memukul dengan keras tepat di hatiku.
Pada
apa yang kuanggap masih bisa bertahan.
Pada
apa yang kuharap telah kembali membaik seperti semula.
Ternyata
ku salah.
Sakit!
Mungkin
aku lupa.
Semua
hanya sementara.
Baik
itu suka maupun duka.
Batinku
mengutuk diriku sendiri.
Semestinya
aku telah bersiap diri dari kapan hari.
Untuk
ini.
Aku
menyerah.
Dia
kalah.
Saya
harus apa?
Karena
nanti pasti akan baik baik saja.
Mungkin
esok, lusa, atau mungkin butuh satu dasawarsa.
Namun
aku janji akan baik baik saja.
Segalanya akan baik-baik saja.
Terimakasih
karena telah berjuang semampu yang kau bisa.
Semoga
bahagia di sana.
Aku akan baik baik saja.
Berulang
kali kuulang “aku akan baik baik saja“
Kekasihmu akan ku jaga. Dia juga akan baik-baik saja.
Kekasihmu akan ku jaga. Dia juga akan baik-baik saja.
Sembari
kami menunggu waktu untuk menemuimu lagi di sana.
Lalu
mataku basah.
Bapak,
bolehkah kali ini ku biarkan saja tumpah?
Boleh?
Kali ini saja.
Kali ini saja.
RS. HAJI - Makassar,
24 Mei 2016.
02:00
WITA
Assalamualaikum....
BalasHapusWaalaikumsalam Om Gan
Hapus