/

Minggu, 20 Oktober 2013

Story in Titan

Ini adalah cup ice cream ke kedua  yang aku santap dengan lahapnya malam ini. Tak peduli dengan dingin yang merajai malam, tak peduli dengan hembusan angin yang menyapa tubuhku tanpa kemesraan, dan tak peduli dengan apa yang terjadi pada mereka yang mungkin saja sedang mencariku. Aku tak peduli. Mungkin aku adalah gadis aneh nan egois yang sedang duduk sendirian di atap sekolah sambil menikmati ice cream yang entah akan aku habiskan berapa banyak malam ini, aku sengaja membeli banyak.

Sesuap, dua suap, tiga suap ice cream pada cup kedua ini aku nikmati. Tatapanku masih tertuju kosong pada gemerlap lampu kendaraan yang berlalu lalang di sekitar sekolah. Yah, kini aku sedang duduk manis di atap sekolah yang berada di lantai 4. Aku bisa melihat semuanya, kecuali dia.. dia yang 2 tahun lalu masih menemaniku menghabiskan malam di tempat ini.

Ku ayunkan kakiku sambil menikmati lumeran ice cream yang terasa sangat lembut di lidahku. Ingatanku berlari mundur begitu cepat saat itu, dan berhenti tepat di moment 2 tahun yang lalu.




***
“Kak, kita mau kemana?” tanyaku pada seorang kakak kelas malam itu.

“ketempat yang akan menjadi tempat kita..” jawabnya sambil menutup kedua mataku dengan tangannya. Terasa lembut dan hangat, jujurku dalam hati.

“tapi di lapangan masih ada acara penutupan OSPEK kak..”

“ini gue juga lagi ngospek elu. Udah diem ajah!” katanya. Aku mengangguk, tanda meng-iya-kan. Aku terlalu lelah untuk melawan dia (lagi).

Kaki yang sedari tadi  terus melangkah dan ku rasakan menaiki tiap anak tangga yang ku hitung-hitung tidak sedikit jumlahnya itupun berhenti. Tangan lembut yang menutup mataku serta lengan yang melingkari tubuhku dengan hangatnyapun ku rasakan mulai terlepas secara perlahan. Aku membuka mataku sedikit demi sedikit. Dan…. TRAAAKKK TAKK TAKKKKKK.. gemuruh suara kembang api dan percikan sinarnya yang bertuliskan “SELAMAT DATANG JIWA BARU SMA TITAN”, serta sorak para siswa baru di lapangan sekolahpun terasa begitu menggelegar. Sayang, aku tidak berada diantara sorak yang sama. Aku berada di puncak tertinggi sekolah dan melihat jelas bunga api yang begitu indah menghiasi langit malam. Aku terpesona dan hening menikmatinya.

“Welcome to TITAN”  sebuah suara berat yang cadelnya tidak asing di telingaku pun memecah dibarengi sesimpul senyum.

Aku menoleh pada pemilik suara yang menemaniku saat itu. Dialah Erlangga Putra, seorang kakak kelas yang menuntunku ke tempat ini. Kakak kelas yang selama seminggu ini telah begitu semangat bersikap sangar kepadaku. Apapun yang aku lakukakan seminggu ini adalah salah di matanya.

“gue Erlangga Putra, karena gue cadel.. gue dipanggil El, siswa TITAN kelas 12.. senang bisa kenal lu, Windirah..”  sambungnya sambil menjulurkan tangannya ke arahku.

“gue Windirah  senang bisa kenal elu, Kak..” balasku dengan tersenyum dan menjabat tangannya yang terulur.

“elu gue panggil Dilah yah! Lidah gue unik soalnya” tawar El malam itu. Dan sejak saat itulah, aku yang sedari kecil disapa Dirah, di TITAN lebih populer dengan nama Dilah. El bertanggung jawab besar atas nama baruku.

Sejak malam penutupan OSPEK, atap sekolah menjadi satu-satunya tempat ternyaman yang aku kenal di TITAN. Dan tentunya, partnerku menikmatinya adalah dia; El.

“Lu belum pulang ajah.. udah malam nih..”  El memecah lamunku malam itu.

“jam 9 deh gue pulangnya Kak.. masih capek abis kelas tambahan”  jawabku sambil membersihkan tembok yang tepat berada di sebelahku seraya mempersilahkan El untuk duduk disana.

“Kalo capek ya langsung pulang rumah trus masuk kamar lah, Dil!” seru El sambil memperbaiki posisi duduknya agar tidak terjatuh.

“Entah kenapa, tempat ini lebih ahli dalam mengistirahatkan hati, fikiran dan tubuh gue Kak. Lu tau alasannya nggak?”

“Entah….”

“Lu kenapa bisa suka tempat ini Kak?

“Karena di tempat ini gue bisa liat, gue bisa rasa, dan gue bisa nikmatin apa yang enggak dijamah sama sekali  oleh orang yang engga berada disini…”

“Maksudnya?”

“Lu sebenarnya udah tau, Dil”

“hem.”

“Dil, gue suka bintang..”

“Kenapa?”

“Karena bintang selalu ada, walau kadang kita engga menyadari keberadaannya”

“hem…”

“gue juga suka langit…”

“kenapa?"

“karena dia selalu jujur. Ketika dia bahagia, dia menunjukkan kecerahannya. Ketika dia gundah, dia menunjukkan kemendungannya..”

“bagaimana dengan awan?”

“gue suka cara langit mencintai awan. Mereka saling meneduhkan tiap gumpalan.  Dan awan selalu tau kapan langit bersedih.. awan adalah air mata milik langit. Iya rela menjadi bulir-bulir tetesan yang jatuh ke bumi demi langit, tapii….” Belum selesai El menjelaskan, dia memberi sedikit jeda. Aku tidak sabar. “Tapi apa?”

“tapi semesta selalu punya cara agar mereka tetap bersama.. tetesan hujan yang membasahi bumi, akan menguap dan kembali menjadi awan yang menemani langit…”

“bagaimana dengan langit malam nan gelap ini? Lu suka?”

“langit malam tidak pernah gelap jika lu benar-benar melihatnya…..”

“hem…”

Mendengar El berkata begitu, aku mendalamkan tatapan pada langit malam yang begitu indah. Sementara El mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Yah, ice cream yang tidak pernah alpa berada diantara malamku dengan El.. hingga tepat setahun tempat ini menjadi rahasia aku berdua dengan El saja.

“Dil, gue bakal kuliah di Inggris…”

“HA?” kagetku. Ice cream rasa cokelat kesukaankupun kini terasa begitu hambar dalam kunyahanku.

“Bokap nyokap gue yang minta..”

“Kita bakal jauh dong Kak..” ku rasakan air mata membasahi kedua pipiku, dan sebuah pelukan hangat menyelimuti tubuh yang melemah milikku karena tertiup angin malam. Hem. sepertinya ini adalah angin malam terkencang yang menerpa tubuhku, lebih tepatnya hatiku.

Ku tumpahkan tangis pada peluk seorang yang rasaku masih begitu bisu untuknya. Aku masih memilih diam akan rasa yang aku pendam. Rasa yang entah bermula sejak kapan. Aku mencintai dan aku telah begitu dekat dengannya, tapi tidak untuk dicintainya. El telah memilih Yola. Seorang kakak kelas yang begitu populer. El bahkan memilihnya jauh sebelum aku masuk TITAN.

Aku telah begitu jahat pada gadis cantik dan bertubuh ideal itu. Yah. Karena kedekatanku dengan El, akupun menjadi begitu dekat dengan Yola. Dan dengan jahatnya, aku membiarkan rasaku tumbuh begitu jauh pada kekasih salahsatu orang terdekatku.

“Bagaimana dengan Kak Yola?” tanyaku, masih dalam pelukan El.

“Lu adalah orang pertama yang gue beritahu hal ini..” DEG. Kalimat itu membuatku terdiam dengan fikiran penuh tanya terangkai begitu rumit. Ah, aku harus berkata apa. Bahkan pada hal sepenting ini, El memilih aku untuk tahu pertama kali. Kenapa bukan kekasih yang sangat dicintainya? Apa aku lebih penting daripada Yola?

Aku telah bertanya begitu jauh pada hatiku sendiri. Pertanyaan yang jawabannya sendiri aku tidak temukan. Aku memilih diam, diam pada pelukan yang membuatku tidak peduli pada dinginnya angin malam yang begitu mengusik.

***
Ingatan pada memori 2 tahun yang lalupun ku hentikan. Masih sambil menikmati kelembutan ice cream pada cup yang kedua. Aku sengaja memilih rasa vanilla, kesukaan seseorang yang sangat aku rindukan; El.

Ku pandangi selembar surat yang El berikan tepat sebelum keberangkatannya ke Inggris 2 tahun yang lalu. Tidak pernah aku bosan membaca sebuah kalimat menguatkan darinya. Yang sejak saat itu membuatku begitu mencintai langit dan bintang.

“however distance don't keep us apart after all it is written in the 2S (sky and star)”

“boleh duduk?” kata seseorang, membuatku tergesa-gesa menyembunyikan surat berwarna biru milikku. Aku menoleh, ku temukan seseorang yang begitu aku rindukan disana. Dengan rambut lebih acak-acakkan dari biasanya, senyum dengan hiasan kumis tipis tidak seperti biasanya, warna kulit yang sedikit lebih mengeksotis dari biasanya, juga badan tegap yang semakin tinggi tentunya. Dialah, El.

El datang ketempat ini, membawa sebuah obat rindu yang begitu mujarab untukku. Tawa renyah masih seperti yang aku kenal, kecadelan yang masih sama, tatapan melumpuhkan yang efeknya masih sangat terasa. Aku bahkan tidak bisa menjawab pertanyaannya. Hanya menangis histeris.

“Lu masih cengeng seperti yang gue kenal dan gue selalu rindukan Dil” ejeknya, sambil mengacak rambutku dengan kedua tangannya. Memelukku, dan aku membalas peluknya lebih erat dari pelukan terakhirku di bandara untuknya. Aku merasakan zona nyaman yang sudah 2 tahun tidak aku rasakan. Pada pelukan yang semakin erat aku berikan, aku seakan tidak lagi ingin melepaskan dia untuk pergi jauh untuk kali kedua.

“lu jahat banget sih kak!!” adalah kalimat pertama yang bisa aku lontarkan.

“bahkan saat gue udah datang, lu masih bilang gue jahat?” masih memelukku. Aku tidak ingin pelukan ini berakhir sampai kapanpun. Aku ingin tidur lelap disana, dan terbangun pada dunia yang hanya aku dan dia di dalamnya. Berbahagia.

“gue kangen elu kak!!!!”

“gue juga Dil. Bahkan lebih dari rasa kangen elu ke gue”

“kenapa gak ngasih kabar? Duaa tahunn kak!! Dua tahun tanpa sms dan telfon dari elu. Email dari elu gue dapat setahun sekali doang! Aaaaargh lu jahat banget sih kak!”

“makanya elu ulangtahun tiap hari biar gue kirimin email juga tiap hari” katanya sambil terpingkal-pingkal. Kami saling melepas pelukan. Ku tatap wajahnya lebih dalam, ku temukan kehangatan yang lain disana.. tepat di kedua bola matanya. 

Saat itu degub jantungku terasa semakin menjadi-jadi. Aku masih begitu mencintainya, begitu kataku dalam hati.

“Sampai kapan  mau nahan perasaan?” tanyanya sangat menodong dan mengagetkanku yang sedang menikmati keindahan sepasang pancaran di kedua matanya.

“Gue udah engga bisa nahan sesuatu yang telah begitu menyiksa gue.. rasa yang bahkan telah gue rasain sejak elu masih SMP..” sambungnya. Aku semakin tidak mengerti.

“Gue dan Yola udah putus, tepat sebelum gue berangkat ke Inggris 2 tahun yang lalu..”

HAAA?”

“Waktu itu Yola nembak gue di depan umum. Gue enggak bisa sejahat itu nolak Yola. Gue terima dia. Padahal dia cewek populer, entah kenapa dia susah lepasin gue. Beberapa kali gue minta putus. Namun jurus melumpuhkan dengan air matanya, Yola berhasil mengurungkan niat gue”

Aku terdiam. Merasa tidak percaya pada kisah beberapa tahun yang lalu, namun aku baru tau sekarang.

“Tapi, 2 tahun yang lalu semuanya berubah. Yola tidak bisa LDRan. Yola minta putus” sambungnya sambil menatap kedua mataku jauh lebih dalam dari biasanya.

“Gue sempat beberapa kali ketemu elu waktu lu masih SMP. Lu enggak nyadar kan? Bahkan sebelum elu kepikiran masuk di TITANpun gue udah tau banyak tentang lu, Dil. Gue jatuh cinta pada elu, jauh sebelum lu merasakan hal yang sama pada gue”

“Kaakk….” Ucapku masih dengan berbagai macam pertanyaan yang tidak mampu aku utarakan. Ku usap air mata yang membasahi pipiku. Ku tundukkan kepalaku seakan tidak ingin seseorang yang sedang berada di hadapanku melihat rasa yang telah aku sembunyikan selama bertahun-tahun kini mencapai titik yang aku impikan.

“Terimakasih kak…” kataku. Ku rasakan kecupan di keningku. Dan pelukan seseorang yang sangat aku cintaipun terasa menenggelamkanku pada degup jantungnya yang begitu gaduh.

“Selamat Ujian Nasional seminggu lagi, sayang. Bahkan saat kita sudah tidak menjadi siswa TITAN, tempat ini akan terus menjadi alasan kita untuk kembali ke sini lagi” El memelukku semakin erat. Namun aku tidak merasakan sesak sedikitpun karenanya.

“Dan gue adalah alasan elu bakal terus balik ke Indonesia ya Kak!” manyunku. El terkekeh, membuat malam ini menjadi salahsatu bagian dari malam-malam yang tidak akan aku lupakan. Bahkan, saat aku tidak menjadi siswi TITAN lagi.

Sekian ^^


cerpen by eskade



4 komentar:

  1. waaahhh Shry lebih pinter deh buat cerpenm. cerpennya bagus lhoo.. saya suka.. dan paling suka pas percakapan mereka di atap skul yang saling mengungkap alasan menyukai bintang, langit dan awan..

    jadi gak tau mau kasih saran apa? sy jg gak terlalu mahir2 buat cerpen dek hehe. cuma agak sedikit ganjil aja dengan penggunaan kata ganti orang pertama untuk tokoh utamanya. Dila kan pas mendeskripsikan perasaannya atau di luar percakapan pake aku.. kenapa pas ngomong sama El pake gue.. menurut aku sih mungkin bagusnya tetap konsisten saja pake aku dan kalaupun tokoh lainnya di sini El menggunakan kata ganti orang pertama yg berbeda dengan El ya gaak masalah. endingnya keren cuma kurang greget... kenapa El tiba2 datang? ekspresi Dila seharusnya kagett banget atau mungkin sebelumnya mereka udah janjian yaa ketemuan malam itu...

    ok itu saja secara keseluruhan saya sukaaaaa cerpennya^^

    BalasHapus
  2. baca judulnya kirain titan nama orang atau nama tempat .___. ternyata nama sekolah :|

    si el itu bukan om elang kan? X)))))

    aaaa melting bagian

    however distance don't keep us apart after all it is written in the 2S (sky and star) :""""""")

    semoga el dan dila tidak akan pernah terpisahkan hanya karna alasan jarak :')
    eaaa -_-

    BalasHapus
  3. Kenang-kenangan masa lalu memang sangat indah, bila itu moment yang membuat kita tertawa senang. Indahnya masa lalu, memberikan semangat di masa kini untuk menyaksikan masa depan.

    bagus sekali nich tulisannya.. plot dan latarnya.. penokohannya juga sip dan mantaps... ada pula makna yang terikat di dalam cerita kali ini..
    sip,, sekali kali ikutan lomba dong!! biar tambah energinya.

    BalasHapus
  4. aku suka ceritanya, apalagi pake bahasa kiasan gitu. "aku suka langit karena dia begitu jujur......"

    terus berkarya! :)

    BalasHapus