/

Kamis, 28 November 2013

review: 7 Petala Cinta

“Assalamualaikum, cinta…”

“Waalaikumsalam, rindu…”


Aaak, sebuah pembuka yang begitu memancarkan sinar kasmaran dua insan manusia. Merekalah Saidatul Nafisa dan Hamka; sepasang kekasih yang telah disatukan dalam ikatan pertunangan.  Sinar kebahagiaan begitu terpancar dari sorotan mata Saida, ditambah dengan pernikahannya dengan Hamka yang akan segera dilaksanakan.. yah, pernikahan mereka akan dilaksanakan setelah kepulangan Hamka menuntut ilmu di negeri Arab.

poster 7 Petala Cinta


Rezeki, jodoh dan Maut.. adalah satu kesatuan takdir yang Tuhan telah atur. Pada saat perjalanan pulang Hamka dari tanah Arab, ia mengalami kecelakaan.  Saida rapuh. Senyuman tidak lagi terpancar dari balik cadar yang digunakannya. Sorotan matanya tidak lagi setajam yang ia bisa.

“semakin hebat rinduku, semakin deras degupku, semakin teguh cintaku kepadamu.

Disisi lain, ada seseorang yang telah begitu lama menyimpan rapih rasa yang dimilikinya. Diam-diam  ia memperhatikan kegundahan Saida yang sedang dirundung duka mendalam. Dialah Attar, seorang santri di pesantren milik Abi Saida. Yang secara perlahan mulai menyisipkan sedikit demi sedikit sunggingan kebahagiaan untuk Saida.

Satu tahun berlalu. Abi dari Saidapun memutuskan pertunangan antara Saida dengan Attar. Rasa yang dimiliki keduanya telah begitu menyatu, tidak ada alasan baginya untuk menolak pertunangan tersebut. Luka yang dimiliki Saida perlahan sembuh dengan keberadaan Attar, sedang Attar… menjadi sesosok lelaki yang begitu beruntung dipilih menjadi calon suami Saidatul Nafisa.

"Duhai bakal imamku, jangan biarkan hadirmu sekejap mata. Dan jangan biarkan kebersamaan kita, hanyalah sementara" –Saidatul Nafisa

Lirihnya.. harapnya.. pintanya.. pada calon imamnya serta pada pencipta takdir dan segalanya. Saida berharap tidak akan ada luka untuk kali kedua.

Di antara   langit dan   bumi, di dalamnya ada  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar