/

Selasa, 11 Maret 2014

Everything has changed



Mungkin, saat ini kau sedang berlari-lari kecil di bibir pantai yang ombaknya begitu memecahkan gelombang keindahan. Sambil memainkan butiran-butiran pasir putih menggunakan kaki yang tak berhenti tuk kau langkahkan. Nampak begitu jelas, sebuah senyum merekah pada sang jingga yang mulai menenggelam dengan rona yang semakin keemasan. 

Pikirku bahwa yang sempat ku sia-siakan kini kembali kekal bersama kebahagiaan adalah benar. Jiwamu kembali berdamai dengan semesta. Rapuhmu yang katanya tak bisa tanpaku pun mulai pudar ditelan cerita baru, bersama seorang yang baru. Aku berbahagia? Lafazku begitu, namun tidak hatiku.

Ku lihat sesuatu yang pernah ku tinggalkan kini meninggalkanku, adalah hambar yang berujung pahit bernama pilu. Sesal adalah nyata yang terlontar, bahwa saja ku mampu mengulang segalanya maka akan aku ulang.

Aku sulit memahami lika liku, padahal sebelumnya aku tahu karena ku tempuhnya bersamamu. Ah, aku enggan melontarkan kerinduanku padamu. Namun apa daya, mendengar pecah tawamu saja rasanya ingin kembali memelukmu lalu kembali memilikimu.


Aku sempat memimpikan pertemuanku denganmu  layaknya dulu sebelum keegoisanku menyesalkanku. Tak ada dia, hanya ada aku dan kamu pada perapian kita yang menghangatkan hati pun ragaku. Aku tahu kau pun mendambakan pertemuan itu kembali, sebelum ada dia….. dia yang mungkin takkan pernah meninggalkanmu layaknya aku waktu itu.

Ah, sudahlah.
Aku benci berandai-andai pada kenyataan yang menyedihkan. Aku hanya rindu….. rindu berpeluk pada kita; aku…kalian…tanpa dia.

Sekali lagi, sudahlah.. berbahagialah! Bahagiamu membuatku menyimpan segala hal lainnya sendirian adalah pilihan yang tak salah. Everything has changed, and I miss the old my friends.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar