Detak malam yang ranum, berpeluk
lelap yang semakin bisu. Ketukan tiap detik jarum jam yang berputar melingkar
menarikan perputaran waktu. Merangkak perlahan dan pasti, namun kisahnya
masih begitu terahasiakan sampai tiba tuk terjadi maka terjadilah secara pasti.
Sang waktu selalu berhasil
menyelundup lalu tersejajarkan dengan tiap hembusan nafas. Mereka memanglah pantas tuk selaras sebab di sanalah benih
cerita akan bertumbuh tuk akhirnya kita jadikan kenangan.
Dan kini, saat para lentik
jemariku menari mengetikkan huruf demi huruf dan terangkai menjadi kata yang
terkalimatkan… wangi malampun semangit terhirup, begitu menenangkan. Ku padamkan
lampu lalu sunyi semakin terasa dalam ringkihan angan yang entah menuju ke
mana, pun ke siapa.
Lalu terbersit satu cerita
dibenakku. Kisah Sebuah tembok kokoh yang akhirnya memiliki celah sekecil pori
debu dan berhasil dilintasi lalu dibuat runtuh oleh apa yang tidak pernah
disangkanya dahulu. Yah. Si tembok kini kekokohannya tak lagi seperti dulu.
Tahukah kau pelakunya adalah
siapa?
Adalah seorang anak kecil yang
berjiwa besar. Seorang anak kecil yang bersemangat keras. Seorang anak kecil
yang tak kenal menyerah, pemilik pijakan kenyamanan penyebab debar peruntuh
kekokohan.
Atas nama alam semesta, si
pemilih tembok runtuh tersebut takkan gusar atas apa yang Tuan Kecil lakukan. Setiap
lekuk runtuhan, adalah kisah yang tersejarahkan. Menyatu dengan tanah, berpeluk
pada angin yang sama, serta berselimut
di bawah terik matahari yang hangatnya tidaklah beda.
Usah Tuan kecil bertanggung
jawab. Bukan dengan membangun tembok yang kokoh seperti semula. Cukup dengan menjaga
puing yang tersisa, lalu enggan beranjak meninggalkan.... sampai waktu dan nafas tidak lagi selaras.
tulisannya bagus sekali kata-katanya renyah sekali :)
BalasHapus