/

Minggu, 08 April 2012

Kita?

#1
aku.. Aku memiliki sahabat karib yang amat sangat aku sayangi, namanya Tia. Kami sering saling mengisi. Saling berbagi apa yang menjadi kekurangan kami satu sama lain. Saling melengkapi disaat salahsatu diantara kami merasakan kesepian dan membutuhkan tempat untuk share ke orang lain. Kami tidak terpisahkan. Banyak hal yang berbeda dari kami namun tidak sedikit pula persamaan diantara kami. Kami sama-sama pecinta musik, penikmat hujan paling setia, penjelajah dunia maya, pembenci matematika dan masih banyak lagi. Disisi lain, aku sangat membenci hewan yang bernama kucing, namun dengan tidak memperdulikanku, Tia sangat menyukai hewan agresif tersebut.

"gue emang benci kucing tapi gue tidak akan benci lo", ujarku saat Tia menanyakan hal bodoh tentang pendapatku terhadap dia yang sangat mencintai hewan berkaki empat tersebut.





Mendengarku berkata demikian, Tia langsung melepas kucing tersebut dari pelukannya dan beranjak untuk memelukku. "eits, jangan nyentuh gue setelah menyentuh kucing tanpa mencuci tangan !" ujarku tegas namun dibarengi dengan senyum candaan yang dia sudah sangat mengerti.

"hahah, siapa yang mau meluk? orang cuma mau meregangkan badan kok yeee" jawabnya untuk mengeles.

Dan begitulah candaan kami yang awalnya menjengkelkan karena mesti berhadapan dengan hewan bermata aneh tersebut. kucing ! namun itu juga yang membuat persahabatan kami indah dan lebih berwarna karena dipolesi dengan saling toleransi.

Dan satu hal lagi, walaupun di kelas kami sering memperebutkan peringkat pertama, namun dalam hal memperebutkan seorang cowok kami tidak perah melakukannya. tipe cowok kami memang agak berbeda. aku suka cowok yang cerdas, sedangkan Tia cenderung suka dengan cowok yang jago olahraganya . Aku suka dengan cowok yang tenang tapi nyambung, sedangkan Tia suka dengan cowok yang kocak dan jago bikin ngakak.

saling terbuka satu sama lain dan saling mengerti dan memberi maaf kepada yang salah juga merupakan salahsatu kunci kelanggengan persahabatan kami. Kalau ada yang berbuat salah, dengan segera yang berbuat salah tersebut meminta maaf dan mengakui kesalahan2nya. Setelah itu saling memaafkan seperti saat lebaran. hehe ! tidak heran persahabatn kami langgeng hingga usia 10 tahun.

#2

Hidup memang sangat tidak bisa untuk ditebak. Aku saja yang sangat konsisten dengan pendirian, akhirnya bisa tergoyahkan juga. Yah ! kehadiran seorang murid baru membawa perubahan pesat sekaligus malapetaka dikehidupanku. Aku yang awalnya tidak akan bisa pernah suka dengan cowok cerewet dan olahragawan akhirnya di lelehkan juga dengan kehadiran cowok tersebut. Namanya ARI !

Ari.. murid baru yang langsung tenar di sekolah karena keahliannya dalam bidang olahraga ditambah dengan postur tubuhnya yang atletis ala pemain basket yang keren. Sempurnanya dia karena dia adalah sosok pria yang sopan, juga keren dalam prestasi belajar. Ya Tuhan, kenapa kau ciptakan Ari diantara aku dan Tia

Aku dan Tia sama-sama jomblo. Aku dan Tia juga tidak memiliki gebetan dalam waktu belakangan ini. Hingga kedatangan Ari, Tia dengan semangatnya curhat tentang perasaanya terhadap cowok berkulit coklat itu. Dan untuk pertama kalinya aku mendengarkan curhatan Tia dengan perasaan yang amat sangat menyesakkan. Untuk pertama kalinya juga aku tidak berani jujur kepada Tia tentang perasaan kepada seorang cowok. Itu artinya sekarang aku berani membuat kebohongan demi kebohongan terhadap Tia untuk menutupi perasaanku.

Cinta.. berasal dari hati. Dan dalamnya hati ini tidak ada yang bisa mengukurnya.
Cinta.. ditentukan oleh takdir. Dan terjadinya takdir tidak ada yang bisa menebaknya, apalagi mengubahnya !

Dan sekarang, cintaku adalah Ari dan takdirku adalah memendam cinta itu sedalam-dalamnya dalam hati saja...


#3
Sebelum bel masuk, Koridor kelas

"giii.... giiaaa... tadi gue hampir ditabrak loh depan gerbang" teriak Tia dari kejauhan penuh semangat dan tergesah-gesah dengan rambut yang acak-acakan.

"ditambrak?? trus kok seneng gitu bawaannya ?" tanya ku aneh dengan sikap Tia yang tidak seperi biasanya.  Apakah ini efek dari terbenturnya kepala Tia saat ditabrak tadi sehingga menyebabkan otak kecilnya mengalami gangguan??? pikirku panik dan dengan segera menghapiri Tia yang berjalan kearahku dengan  kaki kiri yang terpincang-pincang.

“tapi lo ngga apa-apakan ti??? Siapa yang nabrak lo??? Trus dia dimana sekarang? lo apanya yang sakit? Kepala? Kaki? Atau apa tiii??” tanyaku panik

“aduuuh gi.. slow dong! Jadi ngga tau nih mau jawab yang mana dulu. Tapi itu ngga penting sih. Seharusnya lo tuh nanya siapa yang nolongin gue ! gitu” ujarnya dengan wajah centil.

“emang siapa yang nolongin lo?? Justin bieber?” tanyaku.

“Bukan JB lah, tapi lebih indah deh dari JB. Dia itu Ari.. Muhammad Ari Prayoga anak baru itu loh gii...” jawabnya dengan ekspresi menjengkelkan.

“ohh... pantes” singkatku.

“pantes apa gi?”

“pantes.. kecentilan lo kumat !!” jelasku dan beranjak masuk kelas dengan memopang badan Tia karena bel masuk sudah di bunyikan.



#4
Jam istirahat, di Perpustakaan

Mendapat tugas me-resume buku non fiksi karya penulis ternama merupakan tugas yang menyusahkan dan itulah yang menyita waktu istirahatku kali ini dan ku korbankan untuk menghadapi buku-buku tebal di perpustakaan. Karena Tia lagi disibukka dengan latihan teaternya, aku terpaksa pergi sendirian.

Dan betapa kagetnya aku melihat sosok Ari berdiri manis menelusuri buku-buku yang beraturan di lemari perpustakaan. Mencoba untuk lebih tenang tapi tetap saja takdir berkata lain. Aku berbuat onar, tanpa disengaja aku menabrak sebuah vas bunga yang berada diatas meja. Dan akhirnya aku menjadi sumber dari segala tatapan pasang mata. Temasuk Ari yang menatapku sambil tersenyum. “Aaah aku malu” teriakku dalam hati.

Karena keonaran yang memalukan itu, aku memutuskan untuk menunda niatku untuk mencari tugas di perpustakaan. “Besok mungkin lebi baik” ucapku kepada diri sendiri.

Saat aku berjalan menuju kelas, ada seseorang yang menghampiriku dari arah belakang.

“hay... gia” teriaknya keras

Aku berbalik dan ternyata yang memanggilku adalah Ari. Ini seperti mimpiku 2 malam yang lalu. Rasanya tuh seperti masuk ke dunia dongeng, aku dan Ari pemeran utamanya. Dan siswa yang lain menjadi liliput di kerajaan kami. Aaaah ingin teriak rasanya.

“hay. Gia kan? Kok melamun?” tanya-nya mengagetkanku yang membuatku tersipu malu

“heh. Iya gue Gia. Kok tau? Ummm btw ada apa yah? lo Ari kan? Yang tadi di perpuskan? Aduh maaf kebanyakan nanya yah? Kebiasaan nih” panjang lebar, kebiasaanku saat kaget.

“hahaha. Iyah gue Ari, nih buku lo tadi jatuh di perpus pas lo nabrak vas bunga hehe. Oya, baca halaman terakhir yah Gia ! nice to know you sweet girl :) ” jawabnya sambil memberikan buku dan kemudian pergi entah kemana.

“Apa-apan ini? Di datang dan pergi begitu cepat? Maksudnya apa dengan sweet girl. Apakah ini mimpi? Kalau mimpi, please jangan ada yang bangunin gue !” ujarku pada diri sendri. Dan tanpa berlama-lama aku memutuskan untuk membuka halaman terakhir pada buku yang tidak sengaja aku jatuhkan di perpustakaan tadi.

Dear gia..
Giandra Anabel.. nama lo unik juga yah? Ummm to the point aja kali yah, tapi sebelumnya maaf nih,gue lancang nyorat nyotet nggak jelas di buku lo tapi niat gue baik kok Gi.. gue Cuma pengen lebih dekat sama lo. Nggak salah kan? Nggak niat ngapa2in lo kok gi.. asli !! gue bukan penjahat kok yang suka nyulik anak cewek manis kayak lo. Hahaha gue nggak gombal kok gi.. gue jujur bin ganteng malah kckckck. Intinya sih gi... gue pengen kenalan ama lo... bisa kan??? Tapi kalo lo mau juga sih. Tapi gue yakin lo pasti mau soalnya gue udah nyebarin bubuk-bubuk santet di buku lo ini. Mau yah gi !!! hahaha. Kalo mau, pulang sekolah nanti bareng yah. Oke sweet girl.


Muhammad Ari Prayoga
081543864537. nope gue nih gi !

Ini bagaikan mimpi yang sangat indah untukku. Tapi yang seharusnya aku senang setelah membaca tulisan ini, kenapa aku malah nyesek yah? Kenapa tiba-tiba Tia bernari-nari dipikiranku. Aku tidak mungkin jujur kepada Tia kalau hari ini aku pulang bersama Ari, cowok yang dia taksir. Tidak mungkin juga aku berbohong ke Tia, “dengan alasan apa yah gue bilang ke Tia kalo hari ini ngga bisa pulang bareng dia? Aduh aduh aduuuuhhhh masa gue nolak ajakan Ari, ini kan kesempatan langka yang gue tunggu-tunggu” pikirku penuh kecampur adukan yang amat sangat memusingkan.


#5
Selama mata pelajaran kimia berlangsung, aku tidak pernah memperhatikan Pak Rasyid sedikitpun. Pikiranku melayang tentang apa yang harus aku lakukan sepulang sekolah nanti. Pulang bersama Ari kah? Atau bersama Tia? Dan bel pulang pun berbunyi melenyapkan lamunanku yang tidak kunjung disertai jawaban.

“Gi.. jadi ke gramed kan? Yuk segera kita capcusss!!” ajak Tia tidak memberikanku kesempatan untuk berfikir,apalagi menolak. Dan aku hanya mengikuti tarikan tangan Tia yang kencang menggenggam tanganku hingga aku duduk manis di dalam mobilnya.

Sementara Tia mengemudikan mobil sedan hitam miliknya, aku masih terbuai oleh lamunan tentang Ari. Hingga aku memutuskan untuk mengirimkannya sebuah sms. Ku ketik nomornya yang dia tuliskan dihalaman belakang buku catatanku.

Gia : hey ri, maaf gue ngga bisa pulang bareng lo hari ini. Gue ada acara mendadak yang penting banget nih bareng sahabat gue. Oke ! Gia

Sms terkirim. Dan beberapa saat kemudian masuklah sms dari Ari sebagai balasan.

Ari : oh ok ! tapi ini bukan penolakan ajakan gue buat bisa lebih kenal lo kan gi?

Gia : bukan kok ri.. next time yah ! lo ngga marah kan?

Ari : gue bakal marah kalo next time yg lo maksud itu ngga pernah terjadi. So, gue tunggu next time itu sebagai janji. Deal?

Gia : deal...

Ari : entar malam gimana?

Gia : ngebet banget sih ri.. tapi liat entar aja yah. Tunggu kabar aja. Ok?

Ari : oke deh. Have fun yah gi with your friend today. And tonight with me hahaha

Gia : yeeeeeee....


“eh sms-an sama siapa gi? Seneng banget deh kayaknya. Cie ada gebetan baru yah? Kasitahu dong siapa??” tanya Tia curiga

“hahah adadeh, mau tau ajah” kataku tidak memberi jawaban apa-apa atas pertanyaan Tia yang menodong. Sorry Tia cowok itu adalah Ari. Gebetanmu!! , kataku dalam hati.

#6

Seharian mengelilingi gramedia mencari buku non fiksi yang cocok buat diresume merupakan kegiatan yang sangat melelahkan. Sangking capeknya setelah shalat maghrib aku sudah tertidur sangat pulas dikamarku. Hingga akhirnya aku bangun untuk shalaat isya pada jam 11 malam. Ku liat HP ku dan ternyata ada 7 missed call dari nomor Ari. Hatiku banyak bertanya dan akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkannya sms.

Gia : ri.. sorry telpon lo ngga gue angkat. Gue ketiduran. Capek banget hari ini

Ari : it’s ok gi

Gia : btw, ada apa?

Ari : tadi mau ngajak lo nepatin janji tapi yaaah gajadi

Gia : maaf. Ketiduran

Ari : iya. Ngerti kok. Sekarang mau lanjut tidur ngga?

Gia : udah ngga ngantuk nih

Ari : aku telpon yah. Pengen ngobrol nih

Gia : Ok !

Tanpa disadari, aku dan Ari telfonan dari jam setengan 12 sampe jam 4 subuh. Entahlah ngobrolin apa, tapi ini untuk pertama kalinya aku ngobrol dengan seorang cowok sampai pada titik senyambung ini. Dan ini merupakan sedikit penguatan sehingga rasaku pada Ari bertambah. Dan entahlah, aku memperoleh kejahatan darimana, sehingga aku lupa akan perasaan Tia terhadap Ari. Jahatnya aku.

#7

Hari demi hari berganti, aku dan Ari semakin dekat. Sudah beberapa kali kami keluar berdua. Moment itu terlalu indah untuk hanya dilewatkan begitu saja. Kamera canon hitam milikku menjadi saksi kebersamaan aku dengan Ari. Hingga pada suatu ketika, Tia masuk ke dalam kamarku tanpa aku ketahui.

Dan itu memang kebiasaan Tia kalau sedang bertamu ke rumahku. Itu bukan masalah buatku, tapi dulu. Sebelum aku menyimpan sejuta rahasia padanya. Dan sekarang sudah berbeda, Tia juga merasakan hal tersebut. Sehingga pada saat aku berada didalam kamar mandi, Tia dengan penasarannya membongkar barang-barang didalam kamarku untuk mencari jawaban atas penyebab terjadinya perubahan sikapku.

Hingga dia menemukan sebuah album foto berwarna biru dibalik selimut yang terlipat rapi diatas tempat tidurku. Dia membuka album tersebut, dan dia baca sebuah tulisan dihalaman pertama album tersebut yang sengaja aku tempelkan.

Cinta adalah takdir. Bukan cinta yang mengubahku, tapi takdirlah ! jangan salahkan cintaku padamu, tapi salahkanlah aku yang ditakdirkan terlalu mencintaimu... Ari !!!

Tia tercengang kaget membaca sebuah nama yang sangat tidak asing di akhir kalimat tersebut. Dengan rasa penasaran yang semakin memuncak, dia memberanikan diri membuka halam selanjutnya album tersebut, padahal perasaannya sangat merasa ketakutan. Dia takut menerima kenyataan yang menyakitkan.

Perasannya terbukti benar, halaman kedua album tersebut dia mendapatkan foto ku bersama Ari berukuran besar, foto itu diambil pada saat kami jalan bareng untuk pertama kalinya. Tia terisak, air mata menetes di pipinya. Bukan lagi karena dia merasakan cemburu melihat Ari dengan wanita lain. Tapi dia merasakan kesedihan karena ternyata sahabatnya telah menusuknya dari belakang.

Tia sakit, tapi dia tetap ingin melanjutkan menelusuri album tersebut. Dan pada saat dia baru ingin membuka halam selanjutnya, aku datang dan menarik album tersebut dari tangannya. Dengan perasaan yang serba salah, aku berdiri menunduk siap mendapatkan balasan atas segala kejahatan yang aku lakukan pada sahabatku sendiri.

“gi.. udah 10 tahun kita sahabatan. Dari SD sampai kelas 10 sekarang ini. Kasitahu gue gi, salah gue apa ama lo? Apa yang membuat lo tega nusuk gue, sakitin gue dan boongin gue separah ini gi?? Kalo gue ada salah maafin gue gi.. kalo gue ngerepotin lo selama 10 tahun ini, gue minta maaf gi...” isak Tia

Aku ingin bicara. Aku ingin memeluknya. Tapi aku terlalu hina untuk itu. Aku hanya bisa menangis meratapi segala kebodohan yang telah aku lakukan.

“gi.. bukan Ari yang gue tangisin. Tapi elo.. kenapa lo ngga pernah ngomong tentang perasaan lo? Gue ngga picik kok gi. Gue bisa menghargai perasaan lo kalo emang lo jujur. Gue ngga egois ama sahabat sendiri kok gi.. gue ngga sejahat lo kok gi” tegas Tia sambil terisak dan berlari pulang.

Ingin rasanya aku mengejarnya, tapi aku terlalu lemah untuk itu. Aku mengejarnya tapi tidak mengatakan apa-apa adalah hal yang paling bodoh.

Aku terisak diatas tempat tidurku. aku lemparkan album tersebut ke tong sampa. Aku memang bisa melemparkan album itu, tapi aku tidak bisa berbohong tentang perasaanku. Segalanya telah membutakanku.

#8
Keesokan harinya, sekolah

Dengan mata sembam aku melangkahkan kaki masuk ke gerbang sekolah. Aku merasakan ada yang lain di sini. Biasanya aku ceria bertemu pak satpam tiap paginya, tapi sekarang satu sekolahan terlihat mendung tanpa cahaya. Aku kehilangan Tia. Karena kebodohanku.

Bel masuk berbunyi, aku masuk kedalam kelas tapi tidak kunjung aku melihat kedatangan Tia.

“Tia mana gi??? Tumben jam segini belum dateng??” tanya nanda padaku. Aku tidak tahu mesti menjawab apa. Sekali lagi, aku terlau bodoh untuk ini.

“ngga tau nan...” jawabku lirih.

Treeeettt treeetttthhhh

HP ku bergetar. Ku lihat layarnya, tante siska memanngil. Ada apayah mamanya Tia nelfon?? Tanyaku aneh didalam hati.

Gia                  : hallo....

Tante siska    : hallo.. gia???

Gia                  : iya tante ini aku, kenapa? Kok nangis tan??

Tante siska    : --------

Gia                  : kenapa tante??? Ngomong !!! Ada apa???? Tanteeee

Tante siska    : Tia kecelakaan gi......

Gia                              : haaaaa??? Kok bisa? Sekarang dimana tante? Di rumah sakit    mana? Dia ngga apa-apa kan tante???

Tante siska   : Tia sekarat gi... kamu kesini sekarang. Tia manggil-manggil nama kamu dan nama Ari. Ajak dia yah gi...

Gia                  : -----

Tante siska    : giaaa??

Gia                  : iya tante.

“nanda, aku pulang yah. Tia kecelakaan, beritahu yang lain !” ujarku buru-buru lalu mengambil tas dan keluar kelas mencari keberadaan Ari.


“ri... ikut gue sekarang !” kataku sambil menarik tangan Ari yang baru saja ingin masuk ke dalam kelas

“lo kok nangis? Lo kenapa?” tanya Ari

“ngga usah nanya, ayok ikut sekarang” kataku penuh paksaan. Dan Ari hanya ikut tanpa mengetahui apa-apa.

Rumah sakit

Aku berlari menelusuri koridor rumah sakit dan mencari ruang ICU tempat Tia berada. Dan Ari hanya ikut berlari tanpa banyak tanya.

“tanteeee” aku masuk kedalam ruangan dan melihat Tia yang ceria kini terbaring lemas dan pucat tidak berdaya. Di kepalanya terdapat perban putih yang dilumuri darah. Wajahnya yang mulus kini berubah penuh goresan dan biru di berbagai tempat. Aku memeluk mama Tia, tidak sanggup melihat sosok yang mungkin paling membenciku kini terbaring tanpa daya.

“kata mas yang membawa Tia ke rumah sakit, Tia nya melamun pas nyebrang mau keluar kompleks. Hari ini Tia ngga bawa mobil, dia pengen jalan. Katanya takut nabrak kalo nyetir tapi lagi ada masalah. Tia emang ada masalah apa gi??” Isak tante Siska memeluk erat tubuhku yang lemas mendengar ceritanya.

“aku yang salah tante, aku...” kataku sesak

Sementara Ari hanya terdiam melihatku terisak penuh rasa bersalah

“gii....” bisik Tia lirih

Aku mendekat... ku genggam tangan Tia yang dingin pucat kekurangan darah.

“ari....” bisiknya lagi dan kali ini Ari mendekat kesampingku. Ku jemput tangan Ari untuk ikut menggenggam tangan Tia. Ari menoleh kearahku, seakan sudah tahu apa yang terjadi tanpa harus ku jelaskan lagi.

“ari.. jaga sahabat gue yah. Dia emang jahat tapi dia tetap sahabat gue. Dia cinta banget ama lo, sampe-sampe dia ngorbanin gue. Gue ikhlasin lo ama gia. Jangan sia-siain keihlasan gue! Gue sayang ama Ari,tapi gue lebih sayang Gia, gue mau Gia bahagia” Tia diam. Mesin pengukur denyut jantung berhenti bergerak. Tia telah tiada, meninggalkan aku dengan sejuta permintaan maaf yang belum aku sampaikan.

“ti.. bangun ti.. gue minta maaf. Kenapa lo pergi secepat ini. Gue jahat, lo lebih jahat ti. Lo tega !” isakku dipelukan Ari.

“gi.. istigfar gi. Ikhlasin Tia pergi !” tenang Ari penuh bijaksana.

“gue salah. Gue penyebab Tia meninggal, gue ngga bisa dimaafin” kataku menyalahkan diri sendiri.

“lo tau Takdir gi? Lo yakin adanya Tuhan gi? Lo sayang ama Tia gi? Kalo jawaban lo iya, biarkanlah Tia pergi dengan damai.please !” pinta Ari yang masih merangkulku untuk menenangkan.


Selamat jalan Tiara prasastya... selamat jalan kawanku.. maafkan segala kesalahanku. Terimakasih kau telah menjadi yang terbaik selama 10 tahun dan kau akan tetap menjadi terindah yang abadi walaupun kau telah pergi.

Sebulan setelah kepergian Tia, aku masih merasa Tia masih ada menemaniku. Saat duduk sendiri, aku merasa ada Tia disitu.

“gi... sendiri aja” sapa Ari mengagetkanku, dan hanya ku balas dengan senyum simpul terpaksa. Selama kepergian Tia sangat jarang aku bisa tersenyum, separuh dari keceriaanku sudah lenyap, dia adalah Tia.

“gi.. sebelum Tia pergi, lo nolak gue tanpa alasan. Dan sekarang gue tau alasan itu apa. Alasan mu adalah Tia kan? Lo jangan menyesali diri lo segini parah, lo ngga sejahat yang lo rasa. Lo adalah sahabat Tia yang terbaik. Oke!” kata Ari berpanjang lebar.

“dan asal lo tau, gue sayang lo. Banget gi, Tia udah ngerestuin kita, lo jangan takut mencinta hanya karena pernah terluka gi.. ngga ada pelangi tanpa hujan.. ngga ada cinta sejati tanpa tangisan...” sambung Ari serius.

“gue juga sayang lo ri....” singkatku dan memeluk Ari erat-erat.

Dan aku yakin, Tia disana juga menginginkan kami bersatu disini. Aku yakin Tia ikut bahagia bersama kami.

-The End-


  





2 komentar: